Kamis, 29 Mei 2025

Dalih Usia

🗝️

Dua perkataan yang mengurung potensi manusia:

1. SAYA TERLALU MUDA
2. SAYA TERLALU TUA

Usia dijadikan DALIH. Padahal seseorang dapat mencapai dan menjadi apapun pada usia berapapun. Usia bukan dalih. Usia bukan halangan.

Hanya di 062 ini saja usia jadi penghalang formal untuk mendapatkan pekerjaan, terutama bagi yang "terlalu tua" dari "syarat" yang diwajibkan.

Sungguh terlalu.

Panjang jika dibahas. Jadi cukup itu saja. 🆗

Minggu, 25 Mei 2025

Membangun Kewirausahaan: Fondasi Kemajuan Bangsa


Abstraksi
Tulisan ini mengupas esensi kewirausahaan sebagai pilar penting bagi kemajuan suatu bangsa, dengan menyoroti kondisi minimnya jumlah wirausaha di Indonesia. Perbedaan mendasar antara pedagang dan wirausaha dijelaskan untuk meluruskan pemahaman yang keliru. Lebih lanjut, tulisan ini mengidentifikasi tantangan rendahnya minat berwirausaha, terutama di kalangan generasi muda, serta menawarkan solusi berupa panduan ringkas untuk menumbuhkan semangat berwirausaha melalui pendirian Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang mencakup persiapan, pengelolaan, strategi pemasaran, hingga penyusunan rencana bisnis.
Membangun Kewirausahaan: Fondasi Kemajuan Bangsa


Sebuah bangsa idealnya memiliki minimal 2% populasi yang berjiwa wirausaha (entrepreneur) untuk mencapai status negara maju. Ironisnya, Indonesia saat ini baru mencatatkan angka 0,2% masyarakat yang berprofesi sebagai wirausaha. Kondisi ini, menurut hemat penulis, menjadi salah satu faktor krusial yang menghambat Indonesia melepaskan diri dari status negara berkembang. Potensi kewirausahaan sebagai motor penggerak ekonomi kreatif di negeri ini masih jauh dari optimal.

Muncul pertanyaan, bukankah mayoritas masyarakat Indonesia berprofesi sebagai pedagang? Lantas, mengapa jumlah pedagang yang sedemikian besar tidak mampu memenuhi ambang batas 2% wirausaha? Jawabannya terletak pada definisi wirausaha itu sendiri, yang memiliki karakteristik dan kriteria spesifik yang melampaui sekadar aktivitas berdagang.

Robert Kiyosaki dalam karyanya yang monumental, “Rich Dad, Poor Dad,” secara eksplisit membedakan antara pedagang dan wirausaha. Pedagang pada dasarnya adalah seorang pekerja mandiri (self-employed), individu yang mendirikan usaha sendiri dan menggaji dirinya sendiri. Usaha semacam ini cenderung stagnan dan sangat bergantung pada kehadiran aktif pemiliknya; jika pedagang berhenti beraktivitas, maka aliran pendapatannya pun terhenti.

Dengan demikian, kunci utama dari kewirausahaan adalah pertumbuhan dan perkembangan. Sekecil apapun skala usaha yang didirikan, seorang pendiri usaha dapat dikategorikan sebagai wirausaha jika ia memiliki visi yang kuat dan kemampuan untuk merealisasikan visi tersebut menjadi kenyataan. 

Sebuah diktum yang sering terdengar adalah: pedagang bekerja untuk mendapatkan uang, sementara bagi wirausaha, uanglah yang bekerja untuk mereka. 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah individu-individu yang memiliki kegigihan, daya inovasi tinggi, dan kemampuan untuk mewujudkan impian mereka. Lebih jauh lagi, mereka mampu memberikan dampak positif dan menjadi penggerak bagi lingkungan sekitarnya. Maka, tidak mengherankan jika ambang batas 2% wirausaha dalam sebuah populasi seringkali dikaitkan dengan kemajuan suatu negara.

Berbeda dengan pedagang "biasa", wirausaha adalah pemilik bisnis (business owner). Mereka.memulai usaha sendiri, namun dengan visi untuk mengembangkan bisnisnya hingga mampu mempekerjakan orang lain. Bisnis yang awalnya tunggal berpotensi untuk bertransformasi menjadi multiple unit usaha, bahkan berkembang menjadi sebuah perusahaan induk (holding company). Keunggulan utama seorang wirausaha adalah kemampuannya membangun sistem yang solid, sehingga bisnisnya dapat terus berjalan bahkan ketika ia tidak terlibat secara langsung.

Permasalahan mendasar yang dihadapi saat ini adalah masih minimnya aspirasi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, untuk menjadi wirausaha. Studi yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa hanya sekitar 3% lulusan sarjana yang memilih untuk memulai karier dengan membuka usaha. Mayoritas lainnya lebih memilih jalur konvensional dengan mencari pekerjaan formal terlebih dahulu, dan baru beralih ke berdagang jika gagal dalam pencarian kerja – itupun belum tentu dengan mentalitas wirausaha.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat berwirausaha di kalangan pemuda antara lain adalah ketakutan akan kegagalan, keterbatasan modal, ketiadaan ide bisnis, kekhawatiran akan cibiran, dan berbagai alasan psikologis lainnya. 
Sebaliknya, menjadi seorang pegawai dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dan terhindar dari risiko-risiko tersebut.

Menyadari kondisi ini, sebagai penulis blog pribadi, berinisiatif menyusun sebuah panduan ringkas yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat berwirausaha, dengan fokus pada langkah awal melalui pendirian Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Panduan akan ditulis secara berlanjut di blog jurnal ini. Dimulai dengan memaparkan realitas kondisi kewirausahaan di Indonesia dan urgensi kehadiran wirausaha serta UKM bagi kemajuan bangsa. Selanjutnya, panduan ini akan mengulas berbagai aspek penting dalam memulai usaha, mulai dari persiapan awal, pengelolaan operasional, hingga strategi pemasaran sederhana yang efektif untuk mengembangkan bisnis baru. Sebagai nilai tambah, panduan via blog ini dilengkapi dengan panduan praktis dalam menyusun rencana bisnis (business plan) yang berkualitas.

By neojeff



Melihat Karya Seni dengan Cara yang Lebih Luas

Melihat Karya Seni dengan Cara yang Lebih Luas

Seni bukan cuma soal gambar, patung, atau musik yang kita lihat dan dengar—ada cerita di baliknya, ada makna yang lebih dalam kalau kita mau menggali. Cara terbaik untuk memahami seni adalah dengan melihatnya dari berbagai sudut: siapa yang menciptakannya, apa yang ingin disampaikan, dan bagaimana publik menanggapinya.  

1. Seniman dan Ide di Balik Karya

Setiap seniman punya cara berpikir dan pendekatan sendiri dalam menciptakan karya. Dari ide, teknik, sampai simbol yang mereka gunakan—semuanya mencerminkan gagasan yang ingin mereka sampaikan. Kalau kita bisa memahami pola pikir dan inspirasi mereka, menikmati karya seni jadi lebih bermakna.  

2. Karya Seni Itu Sendiri

Seni punya dua bagian utama: yang bisa kita lihat dan yang bisa kita rasakan. Aspek visual mencakup warna, komposisi, harmoni, dan unsur fisik lainnya. Tapi lebih dari itu, ada gagasan di baliknya—pesan, kesan, atau bahkan imajinasi liar sang seniman. Perpaduan antara bentuk dan makna inilah yang membuat seni begitu unik dan berkesan.  

3. Publik dan Perspektifnya

Sebuah karya bisa disukai atau ditolak oleh publik, tergantung bagaimana mereka melihatnya. Kadang seni yang terlalu "nyeleneh" atau bertentangan dengan pandangan umum sulit diterima. Tapi di sinilah menariknya, karena seni bukan sekadar soal indah atau tidak—ia juga bisa menjadi refleksi sosial atau bahkan pemicu perubahan.  

Memahami seni dengan cara yang lebih luas membuat kita bisa menikmatinya tanpa batasan. Bukan sekadar melihat atau mendengar, tapi juga merasakan dan menghubungkan diri dengan karya serta cerita di baliknya.  

📌
Catatan neojeff

Selasa, 20 Mei 2025

Mengenal Data Biometrik: Lebih dari Sekadar Sidik Jari


Mengenal Data Biometrik: Lebih dari Sekadar Sidik Jari

Era digital yang semakin maju, kita sering mendengar istilah "data biometrik". Sebenarnya, apa data biometrik? Sederhananya, data biometrik adalah informasi unik tentang karakteristik fisik atau biologis seseorang yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau memverifikasi identitas secara otomatis.

Apa Saja Jenis Data Biometrik?

Data biometrik tidak hanya terbatas pada sidik jari yang sering kita lihat. Ada berbagai macam jenis data biometrik, di antaranya:

- Sidik Jari (Fingerprint): Pola unik pada ujung jari.
- Pengenalan Wajah (Facial Recognition): Identifikasi berdasarkan fitur unik pada wajah.
- Pemindaian Iris Mata (Iris Scan): Menganalisis pola kompleks pada iris mata.
- Pemindaian Retina Mata (Retinal Scan): Memindai pola pembuluh darah di belakang mata.
- Geometri Tangan (Hand Geometry): Mengukur bentuk dan ukuran tangan.
- Pola Suara (Voice Recognition): Mengidentifikasi berdasarkan karakteristik unik suara.
- DNA (Deoxyribonucleic Acid): Informasi genetik unik setiap individu.
- Pola Ketikan (Keystroke Dynamics): Menganalisis cara dan ritme seseorang mengetik.
- Pola Tanda Tangan Dinamis (Signature Dynamics): Menganalisis gerakan dan tekanan saat seseorang menandatangani.

Mengapa Penting untuk Menjaga Keamanan Data Biometrik?

Data biometrik sangat penting untuk dijaga keamanannya karena beberapa alasan krusial:
- Keunikan dan Permanen: Data biometrik bersifat unik untuk setiap individu dan sebagian besar bersifat permanen. Berbeda dengan kata sandi yang bisa diubah, sidik jari atau pola iris mata tidak bisa diganti jika bocor atau disalahgunakan.
- Identitas Pribadi yang Sensitif: Data biometrik adalah bagian inti dari identitas pribadi seseorang. Jika data ini jatuh ke tangan yang salah, dapat digunakan untuk berbagai tindakan kejahatan seperti pencurian identitas, penipuan finansial, atau bahkan akses ilegal ke sistem yang sensitif.
- Implikasi Keamanan dan Privasi: Kebocoran data biometrik dapat memiliki konsekuensi yang lebih serius dibandingkan kebocoran data lainnya. Misalnya, jika data wajah seseorang bocor, mereka bisa saja dilacak atau dipalsukan identitasnya di berbagai platform atau sistem keamanan.

Penting bagi setiap individu dan organisasi yang mengumpulkan dan menyimpan data biometrik untuk mengambil langkah-langkah keamanan yang ketat. Penggunaan enkripsi yang kuat, kontrol akses yang ketat, dan kebijakan privasi yang jelas untuk melindungi informasi sangat penting ini dari akses yang tidak sah. 

Kesadaran akan pentingnya menjaga data biometrik adalah langkah awal untuk melindungi diri kita di era digital. 

neojeff
Sumber: berbagai sumber 



Senin, 19 Mei 2025

Facebook di Mata Ilmuwan: Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong Digital

Facebook di Mata Ilmuwan: Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong Digital

Bayangkan deh, Facebook itu kayak alun-alun di suatu kota yang super rame dan banyak hal terjadi di sana. Para "ilmuwan" jadi penasaran dan pengen "ngulik" Facebook dari berbagai sisi.

Dari sisi "ngobrol" dan "gaul"

• Mereka pengen tahu nih, kita tuh pakai Facebook buat apa aja? Buat stalking teman lama, pamer foto liburan, atau sekadar lihat status orang. Lebih dari itu, mereka lihat gimana kita bikin dan jaga hubungan di dunia maya ini.

• Mereka juga mikir, "Eh, Facebook ini ngaruh nggak sih ke kelakuan kita di dunia nyata?" Misalnya, jadi lebih gampang ikut-ikutan tren, atau malah jadi lebih individualis karena asyik sendiri di depan layar.

• Ada juga yang penasaran banget sama yang namanya "kecanduan Facebook". Beneran ada nggak sih? Kalau ada, efeknya ke kita gimana? Jadi susah tidur, nggak fokus kerja, atau malah jadi nggak peduli sama orang sekitar?

• Nggak ketinggalan juga soal "pencitraan". Di Facebook, kan, kita bisa milih foto profil paling kece dan nulis status yang keren. Nah, para peneliti ini pengen tahu, kenapa sih kita suka "pamer" di Facebook dan apa artinya buat kita sendiri.

• Yang lagi heboh sekarang juga diteliti nih, soal berita-berita yang suka nyebar di Facebook. Kadang bener, kadang hoax. Mereka pengen tahu kenapa bisa cepet banget nyebar dan gimana dampaknya ke kita semua.

• Oh iya, mereka juga suka lihatin grup-grup di Facebook. Misalnya, grup ibu-ibu komplek atau komunitas pecinta kucing. Mereka pengen tahu, kok bisa sih orang-orang dengan minat yang sama ngumpul dan ngobrol di sana.

Dari sisi "bisnis" dan "jualan"

• Para pebisnis juga nggak mau ketinggalan. Mereka pengen tahu, efektif nggak sih jualan di Facebook? Bikin iklan di sana laku nggak ya?

• Mereka juga mikir, gimana caranya biar bisa deket sama pelanggan lewat Facebook? Bisa nggak sih Facebook jadi tempat curhat atau kasih info produk terbaru?

• Terus, mereka juga suka "ngintip" data-data di Facebook (tentunya yang boleh dilihat ya). Mereka pengen tahu, orang-orang tuh sukanya apa sih? Biar bisa jualan yang pas.

Dari sisi "komputer" dan "data"

• Kalau yang ini lebih teknis. Mereka suka "bongkar" Facebook dari sisi jaringannya. Siapa temenan sama siapa, kok bisa ya rekomendasi teman muncul, dan lain-lain.

• Mereka juga bikin "otak" buat Facebook, biar kita dikasih konten yang kita suka. Misalnya, kok bisa ya video kucing lucu terus muncul di beranda kita?

• Yang penting banget juga nih, mereka mikirin gimana caranya biar Facebook nggak jadi tempat buat orang jahat. Gimana caranya ngedeteksi postingan yang isinya kebencian atau bullying.

• Terakhir, soal "privasi". Mereka juga mikirin, data kita di Facebook aman nggak ya? Jangan sampai bocor ke mana-mana.

Intinya, Facebook itu fenomena yang gede banget. Banyak orang dari berbagai bidang yang pengen "ngertiin" seluk-beluknya: cara kita berinteraksi sampai cara bisnis memanfaatkan platform ini, semuanya menarik untuk diteliti. Jangan heran
kalau ada banyak banget penelitian tentang si "alun-alun digital" ini!

neojeff
- Reading time 1:42
- Speaking time 2:29
- Writing time 44:25




Alegori dan Anekdot

*Alegori dan Anekdot, Sekilas Perbedaan*


Pernah dengar istilah alegori dan anekdot ye tentu e.
Mungkin sekilas mirip, tapi sebenarnya beda.

Alegori itu seperti cerita yang punya "arti rahasia" di baliknya. Tokoh dan kejadian di cerita itu sebenarnya melambangkan ide atau pesan yang lebih dalam, bisa soal moral, politik, atau hal-hal penting lainnya. 

Jadi, kite ndak hanye menikmati ceritanya, tapi juga diajak mikir lebih jauh tentang maknanya. 

Contoh gampangnya, cerita fabel tentang hewan yang bisa jadi alegori tentang sifat-sifat manusia.

Kawan kite Mirwan biase menulis cerita fiktif yang isinya sebetulnya mengkritik fenomena sosial politik ala kelakar warung kopi khas Belitong di INSTITUT KEDAI KOPI. 
Ceritanya lebih dekat ke model tulisan Alegori.


****

Anekdot itu cerita singkat, biasanya menarik atau lucu. Tujuannya lebih santai: buat menghibur, menggambarkan sifat seseorang, atau sekadar bikin obrolan jadi lebih seru. 

Anekdot ini biasanya kejadian nyata atau cerita tentang orang terkenal. 

Intinya, lebih ke cerita ringan yang bikin kita ketawa atau dapat pelajaran kecil.


Jadi, bedanya jelas ya? Alegori itu lebih "berat" karena punya makna simbolis yang mendalam, sedangkan anekdot lebih "ringan" dan fokus pada cerita yang menarik dalam waktu singkat.


Semoga makin membingungkan.... haha... agar muncul pertanyaan untuk diskusi.

Sabtu, 17 Mei 2025

"Catatan Digital" Raqib Atid


Catatan Digital" Raqib Atid

Malaikat Raqib dan Atid, dalam kepercayaan Islam, adalah dua entitas spiritual yang memiliki tugas mulia: mencatat setiap detail perbuatan manusia, tanpa terkecuali. Raqib, yang ditempatkan di pundak kanan, bertindak sebagai perekam setia amal kebajikan. Sementara itu, Atid, yang bersemayam di pundak kiri, dengan cermat mendokumentasikan setiap perbuatan buruk yang dilakukan. Keberadaan kedua malaikat ini menjadi fondasi keyakinan bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, akan memiliki konsekuensi dan pertanggungjawaban di kehidupan setelah kematian.

Malaikat Raqib: Sang Arsiparis Kebajikan

Malaikat Raqib menjalankan fungsi sebagai pencatat amal saleh dan perbuatan terpuji yang dilakukan oleh seorang individu. Posisi di pundak kanan secara simbolis merepresentasikan kemuliaan dan kebaikan yang dicatatnya. Setiap niat baik yang diwujudkan dalam tindakan, setiap ibadah yang tulus, dan setiap perbuatan bermanfaat bagi sesama, semuanya terarsipkan dengan sempurna oleh Raqib.

Malaikat Atid: Penulis Jejak Kejahatan

Di sisi lain, Malaikat Atid mengemban tanggung jawab untuk merekam setiap amal buruk, kesalahan, dan pelanggaran yang diperbuat oleh manusia. Penempatannya di pundak kiri seringkali diinterpretasikan sebagai representasi dari perbuatan yang kurang baik. Setiap ucapan kasar, tindakan merugikan, dan niat jahat tercatat dengan akurat oleh Atid.

Sinergi Peran: Lebih dari Sekadar Pencatat

Peran Raqib dan Atid melampaui sekadar fungsi pencatatan. Keberadaan mereka secara psikologis dan spiritual berfungsi sebagai pengingat konstan bagi manusia. Kesadaran bahwa setiap perbuatan diawasi dan dicatat mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata. Mereka menjadi saksi bisu atas segala pilihan yang diambil manusia dalam kehidupannya.

Kepercayaan yang Mengakar: Akuntabilitas Mutlak

Umat Islam memiliki keyakinan yang mendalam bahwa tidak ada satu pun perbuatan atau perkataan yang luput dari catatan Malaikat Raqib dan Atid. Sistem "catatan digital" ilahi ini diyakini sangat akurat dan komprehensif, mencakup baik perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi dalam niat. Kepercayaan ini menanamkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap setiap tindakan yang dilakukan.

Hikmah Keberadaan: Panduan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik

Keberadaan Malaikat Raqib dan Atid mengandung pelajaran yang sangat berharga. Mereka menjadi motivasi intrinsik bagi manusia untuk senantiasa berorientasi pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Kesadaran akan catatan amal ini mendorong introspeksi diri, perbaikan akhlak, dan kehati-hatian dalam setiap langkah kehidupan. Dengan memahami peran mereka, manusia diharapkan dapat menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, menyadari bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Sang Pencipta.

neojeff

Rabu, 07 Mei 2025

Lama Tak Ngumpul

Lama tak ngumpul di warkop. Semalam, disempat-sempatkan ngumpul di Caffee Djanggoet.
Semakin tua semakin sedikit teman. Tak mengapa yang penting berkualitas. 

Algoritma: Bukan Hanya Milik Dunia Internet


Algoritma: Bukan Hanya Milik Dunia Internet


Mungkin kita lebih sering mendengar istilah "algoritma" dalam konteks internet, seperti bagaimana mesin pencari menyajikan hasil atau bagaimana media sosial memilih konten untuk kita. Namun, tahukah Anda bahwa konsep dasar algoritma jauh lebih luas dan sebenarnya hadir dalam kehidupan sehari-hari kita? 

Sederhananya, algoritma adalah serangkaian langkah atau instruksi terstruktur yang kita ikuti untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan tertentu. Mulai dari resep masakan yang kita praktikkan di dapur, petunjuk arah yang kita ikuti saat bepergian, hingga rutinitas pagi yang kita jalani tanpa sadar, semuanya adalah contoh algoritma dalam dunia nyata.

Persamaan mendasar antara algoritma di internet dan di dunia nyata terletak pada prinsipnya: adanya input, proses yang terstruktur, dan output yang dihasilkan. Keduanya melibatkan logika dan pengambilan keputusan berdasarkan kondisi tertentu. Misalnya, algoritma mesin pencari menerima kata kunci (input), memprosesnya melalui berbagai kriteria relevansi dan popularitas, lalu menyajikan daftar hasil (output). Ini serupa dengan bagaimana kita mengikuti langkah-langkah dalam resep (proses) dengan bahan-bahan tertentu (input) untuk menghasilkan hidangan yang diinginkan (output).

Jadi, meskipun algoritma di dunia internet bekerja dalam skala besar dan dengan kecepatan tinggi berkat teknologi, konsep intinya bukanlah hal yang asing. Kita telah berinteraksi dan menggunakan algoritma dalam berbagai bentuk sepanjang hidup kita. Memahami bahwa algoritma adalah fondasi logis untuk menyelesaikan masalah, baik di dunia digital maupun nyata, dapat membantu kita lebih menghargai bagaimana sistem di sekitar kita bekerja.

Mengenal Kayu Bulin


kayu bulin, ulin, Belitung, Bangka, kayu besi, hutan tropis, pelestarian, ekosistem, kearifan lokal


Kayu bulin, atau lebih dikenal sebagai kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), adalah salah satu jenis kayu keras paling legendaris di Asia Tenggara. Di Kalimantan, Bangka, Belitung, dan wilayah sekitarnya, kayu ini memiliki banyak sebutan: bulin, belian, atau ulin, tergantung dialek lokal. Namun satu hal yang pasti—kayu ini sangat kuat, tahan lama, dan bernilai tinggi.

Ciri Khas Kayu Bulin
Kayu bulin terkenal karena kualitas fisiknya yang luar biasa:
• Sangat Keras dan Tahan Lama
Dijuluki sebagai "kayu besi", kayu ini tahan terhadap rayap, jamur, dan pembusukan.
• Padat dan Berat
Bahkan bisa tenggelam di air, berbeda dari kebanyakan kayu lainnya.
• Warna yang Berubah Seiring Usia
Warnanya berkisar dari coklat kemerahan hingga kehitaman, terutama saat sudah tua atau terkena cuaca dalam waktu lama.

Banyak Digunakan untuk Bangunan Kuat
Digunakan untuk tiang rumah, jembatan, lantai, atap sirap, hingga ukiran tradisional.

Keberadaan Pohon Ulin di Belitung dan Bangka
Meskipun lebih populer sebagai kayu khas Kalimantan, pohon ulin juga tumbuh di Pulau Belitung dan Bangka. Berikut beberapa fakta menarik:

Wilayah Sebaran
• Sumatra bagian Timur dan Selatan
• Pulau Bangka dan Belitung

Penemuan kayu ulin di bekas tambang timah di Belitung memperkuat bukti bahwa pohon ini tumbuh alami di wilayah tersebut.

Lokasi Spesifik Pohon Ulin di Belitung dan Bangka 

Pohon ulin masih dapat ditemukan di berbagai lokasi di Pulau Belitung, antara lain:

1. Hutan Bukit Peramun
Kawasan hutan kemasyarakatan seluas 115 hektar di Desa Air Selumar ini dikelola oleh warga lokal, dan masih memiliki populasi pohon ulin yang cukup banyak.

2. Desa Beruas, Kecamatan Kelapa Pulau Bangka
Di lahan milik warga seperti Amang Jamil, pohon ulin tumbuh alami dan telah ada sejak lama.

Nilai Ekologis Pohon Ulin
Pohon ulin bukan hanya penting karena kayunya, tetapi juga karena perannya dalam menjaga ekosistem:
• Habitat Satwa Liar
Menjadi tempat tinggal bagi burung, serangga, dan organisme hutan lainnya.
• Menyerap Karbon
Membantu mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida.
• Menjaga Keanekaragaman Hayati
Ulin mendukung kehidupan beragam flora dan fauna yang saling bergantung.
• Mengatur Iklim Mikro
Membantu menjaga kelembaban dan suhu hutan di sekitarnya.

Nilai Ekonomi dan Budaya
Selain ekologis, pohon ulin juga memiliki nilai ekonomi dan kultural yang tinggi:
• Kayu Bernilai Tinggi
Cocok untuk bahan konstruksi tahan cuaca dan perabot mewah.
• Penggunaan Tradisional
Dalam budaya masyarakat Dayak, kayu ulin digunakan untuk bangunan rumah panjang, alat adat, hingga simbol kehormatan.
• Potensi Ekonomi Lokal
Dengan pengelolaan berkelanjutan, pohon ulin dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat tanpa merusak hutan.

Pelestarian: Sebuah Keniscayaan
Karena eksploitasi berlebihan dan pertumbuhan yang sangat lambat, pohon ulin kini tergolong langka dan dilindungi di beberapa wilayah. Konservasi menjadi sangat penting agar pohon ini tetap menjadi bagian dari lanskap dan budaya Indonesia di masa depan.

Penutup
Kayu bulin atau ulin bukan hanya sebatas kayu bangunan yang kuat. Ia adalah warisan alam dan budaya yang mencerminkan kearifan lokal, ketahanan, dan keindahan. Menjaganya berarti menjaga hubungan kita dengan alam.

Tertarik dengan kayu bulin atau kisah lainnya dari hutan tropis?
Kita lanjutkan dengan catatan berikutnya tentang kayu Bulin.






Selasa, 06 Mei 2025

Apa Itu Kebudayaan?

Apa Itu Kebudayaan
 
Banyak yang Bilang Begini...

Bayangkan, para ahli itu sudah mengumpulkan ratusan definisi tentang "kebudayaan"! Intinya, mereka melihat kebudayaan dari berbagai sudut pandang. Ada yang bilang kebudayaan itu kayak daftar isi kehidupan: ilmu, kepercayaan, seni, aturan, kebiasaan yang kita terima dari masyarakat. Ada juga yang fokus ke warisan turun-temurun, tradisi yang bikin kita jadi diri sendiri sebagai bangsa.

Yang lain lagi melihat kebudayaan sebagai aturan main kehidupan: cara hidup, ide-ide, nilai-nilai yang kita pelajari dan wariskan. Ada juga yang bilang kebudayaan itu soal pintarnya kita menyesuaikan diri dan terus belajar sebagai masyarakat. Bahkan, ada yang melihat kebudayaan sebagai pola dan organisasi kegiatan manusia, baik yang kelihatan (barang) maupun yang nggak (ide). Terakhir, ada yang bilang kebudayaan itu kayak produk olahan manusia dan lingkungannya buat mencapai tujuan bersama.

Intinya, kebudayaan itu luas banget! Tapi satu hal yang pasti: kebudayaan itu melekat sama manusia. Kita ada, kebudayaan juga ada. Kebudayaan itu pusatnya di pikiran dan hati kita. Awalnya sih tergantung kita, tapi lama-lama kebudayaan malah kayak jaring-jaring yang membentuk dan menentukan hidup kita. Dari lahir sampai gede, kita dirawat dan dibentuk oleh kebudayaan.

Tapi tenang, manusia itu nggak pasrah gitu aja. Kita sering kok berusaha mengubah kebudayaan yang kita rasa udah nggak cocok. Nah, di situlah kadang muncul konflik budaya, kayak antara yang lama dan yang baru, tua dan muda, kota dan desa. Sebenernya, konflik budaya ini cuma cerminan dari konflik di dalam diri kita sendiri atau di masyarakat luas. âś…

Note: ini saya share versi populer dulu ya. Versi yang agak serius, lain waktu saya tambahkan.

Senin, 05 Mei 2025

Dua Pilihan Hidup: Kekayaan atau Kedamaian Pikiran?


Dua Pilihan Hidup: Kekayaan atau Kedamaian Pikiran?

Hidup seringkali memaksa kita untuk membuat pilihan sulit. Salah satu pilihan yang paling umum adalah antara mencari kekayaan atau mencari kedamaian pikiran. Jarang ada orang yang dapat memiliki keduanya, namun tidak mustahil.

Kekayaan seringkali diidentik dengan kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, tanpa uang yang cukup, hidup dapat terasa seperti "terkekang" dan "tidak berharga". Kita menjadi bahan hinaan dan dimanfaatkan oleh orang lain sebagai alat politik. Oleh karena itu, kita menginginkan kesuksesan finansial.

Namun, kesuksesan finansial saja tidak cukup. Kita juga menginginkan bebas dari ketakutan, ketegangan saraf, penyakit, rasa khawatir, dan bahkan rasa tidak bahagia. Kita menginginkan kedamaian pikiran.

Kedamaian pikiran adalah bentuk lain dari kekayaan, yaitu kekayaan yang bukan berupa uang atau materi yang dapat diukur dengan uang. Tanpa kedamaian pikiran, kita tidak dapat menjadi benar-benar kaya.

Kedamaian pikiran dapat mewujudkan dirinya dalam berbagai bentuk:

- Kebebasan dari perasaan tidak cukup/selalu merasa kurang
- Kebebasan dari penyakit mental dan fisik
- Kebebasan dari pikiran negatif dan sikap negatif
- Ketika mampu membiasakan menjadi diri sendiri dan berpikir untuk diri sendiri (tidak mengandalkan orang lain)
- Dan banyak lagi...

Jadi, apa yang akan Anda pilih? Kekayaan atau kedamaian pikiran? Atau mungkin Anda dapat memiliki keduanya?

Epistemologi Rasional

Epistemologi rasional adalah cabang filsafat yang mempelajari bagaimana pengetahuan diperoleh melalui akal dan penalaran logis, bukan semata-mata dari pengalaman inderawi. Dalam pendekatan ini, akal dianggap sebagai alat utama untuk memahami kebenaran dan realitas. Rasionalisme, sebagai dasar epistemologi ini, percaya bahwa ada prinsip-prinsip atau ide-ide bawaan (innate ideas) yang sudah ada dalam pikiran manusia sejak lahir, seperti konsep matematika atau moralitas.

Tokoh terkenal dalam aliran ini adalah RenĂ© Descartes, yang menekankan pentingnya deduksi logis untuk mencapai pengetahuan yang universal dan objektif. Pendekatan ini sering dibandingkan dengan empirisme, yang lebih menekankan pengalaman inderawi sebagai sumber utama pengetahuan. Âą Â˛ Âł

Tertarik mendalami lebih jauh tentang tokoh-tokoh atau konsep rasionalisme ini?





 









Jika Kita bisa Membaca maka Kita bisa Menulis


Andrea Harefa, seorang penulis produktif buku-buku best seller berkata: 
  “menulis adalah keterampilan sekolah dasar”.
 Setiap orang yang pernah “makan” bangku sekolah, sekalipun hanya sekolah dasar, potensial menjadi penulis.  Di SD kita belajar 4 keterampilan dasar berbahasa, yaitu: membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Jadi, menulis hanya seperempat bagian dari keterampilan berbahasa. Atas dasar ini maka bisa jadi benar pernyataan Andrea Harefa bahwa menulis adalah keterampilan sekolah dasar. Pesan rasional, moral dan motivasional yang hendak disampaikannya bahwa siapa pun, tanpa melihat latar belakang pendidikan dan status sosialnya potensial menjadi penulis.

Saya menekankan hubungan “jika bisa membaca maka bisa menulis” karena apa yang ditulis pada dasarnya adalah apa yang dibaca. “Membaca” tak hanya dalam pengertian membaca bahan bacaan seperti buku dan berbagai bahan terbitan lainnya, namun juga membaca tanda-tanda alam dan gejala kehidupan sehari-hari. Bacaan tekstual (bahan-bahan terbitan) dan bacaan kontekstual (kejadian sehari-hari dalam kaitannya dengan bacaan tekstual) adalah sumber daya atau bahan mentah untuk tulisan. Sering dikatakan bahwa bacaan adalah “makanan” penulis. Membaca adalah salah satu syarat yang dibutuhkan dalam menulis.
Seorang penulis pasti memiliki keterampilan membaca. Jadi, dalam proses menjadi penulis, selain melatih diri secara konsisten dalam praktik menulis maka pada saat yang sama terus meningkatkan dan melatih diri dalam kemampuan membaca. Membaca dan berlatih menulis dilakukan secara simultan dan konsisten hingga mencapai level “nyaman”; yaitu kondisi  batiniah yang tidak merasakan banyak kesulitan dalam membaca dan menulis melainkan menikmati dan mencintai aktivitas tersebut.
Sekadedar contoh yang pantas kita jadikan teladan. Adam Malik adalah seorang wartawan yang hanya bersekolah formal hingga kelas 5 SD. Namun beliau berhasil menjadi jurnalis yang hebat. Luar biasanya lagi bahkan pernah menjadi wakil presiden era Orde Baru  mendampingi Presiden Soeharto. Walau secara formal hanya sekolah kelas lima SD, namun semua orang pada jamannya mengetahui bahwa beliau adalah seorang pembelar hebat. Beliau terus belajar sepanjang hayat hingga membuahkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang luar biasa melebihi kebanyakan orang pada pada jamannya.


Membaca membangkitkan motivasi
Penting untuk terus diulang-ulang  dan ditekankan bahwa membaca teori menulis tidak dengan sendirinya membuat kita menjadi penulis. Praktik menulis terus-menerus itulah yang akan membuat kita menjadi penulis. Di dunia ini yang kompeks ini,  kita tidak bisa menjalankan apapun hanya dengan sebuah teori, melainkan harus dengan banyak teori yang dipaduk-padankan  dalam praktek. Teori-teori dalam bidang apapun bahkan muncul-hilang silih berganti tak ubahnya mode pakaian. Sebagian teori itu tampak indah dan kokoh dari kejauhan tetapi  begitu didekati, ternyata mudah goyah dan rubuh seperti patung pasir. Teori yang modis itu kadang tidak bisa jalan sebagaimana yang diiklankan. Hal yang sama berlaku juga dalam dunia tulis menulis. Teori itu lahir dari praktik bukan lahir dari awang-awang, yaitu generalisasi dari berbagai praktek terbaik yang telah diuji-coba dengan berhasil.Teori tentang cara menulis sudah sangat banyak, kita bisa mengikuti salah satu atau beberapa dari anjuran yang ada pada setiap buku. Jika bisa belajar langsung para sang pengarang akan sangat baik. Yang sangat kurang adalah tulisan tentang motivasi untuk menggugah semangat  setiap orang yang ingin menjadi penulis.
Itulah sebabnya tulisan-tulisan yang berisi tentang motivasi secara umum, buku-buku tentang pengembangan diri dan pembelajaran, serta  tulisan motivasional spesifik  dalam bidang keterampilan menulis perlu dibaca selama proses melatih diri dalam menulis. Bacaan-bacaan motivasional akan meneguhkan dan mengklarifikasi pikiran dan emosi diri sendiri dan memperkuat keyakinan bahwa kita bisa menulis. Ketika telah mencapai tingkat keyakinan “ bisa menulis” yang sangat kuat maka metode dan trik dalam menulis dapat dipelajari dalam berbagai sumber yang telah disediakan oleh para penulis terdahulu. Kiat-kiat prakis menulis, pengalaman pribadi yang rasional-motivasional para penulis profesional umumnya sudah terkodifikasi dengan baik sehingga kita bisa mempelajarinya secara mandiri untuk meningkatkan kapasitas kita dalam menulis. Para penulis besar ini juga umumnya sangat baik hati dan bersedia membagi pengalamannya. Keyakinan yang kuat bahwa kita BISA menulis dan faktor motivasional adalah dua hal mendasar yang harus dimiliki untuk menjadi penulis.
Bagaimana dengan keterampilan mendengar dan berbicara? Tentu dua hal ini juga sangat mendukung kemampuan kita dalam menulis. Sebenarnya seluruh keterampilan dalam berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) adalah saling mendukung dan saling mempengaruhi secara timbal balik dalam meningkatkan kemampuan menulis. Diperlukan ruang khusus untuk membicarakan masing-masing keterampilan ini. Kita akan bahas nanti pada waktunya tentang bagaimana menjadi pembicara yang baik, pendengar yang aktif, pembacara yang efektif dan penulis yang mahir.

Ditulis: Jaafar

Bersahabat Dengan Pertanyaan

Mengarang atau menulis merupakan media untuk belajar dan mengajar bagi diri penulis maupun bagi pembaca. Menjadi penulis, belajarlah untuk bersahabat dengan pertanyaan. Pertanyaan adalah senjata, kata tanya adalah pelurunya. Ada 6 jenis pertanyaan standar dalam jurnalistik atau yang saya sebut pertanyaan linguistik. Seorang konsultan, Dean Roam,  menggunakan daftar pertanyaan yang sedikit berbeda dalam bentuk pemikirn visual, yaiu menggunakan sedikit kata tetapi banyak gambar dan simbol untuk merepresentasikan setiap pertanyaan dan jawabannya. Manfaatkan kedua metode ini untuk memperkaya cara dalam mengumpulkan data dan informasi untuk karya tulis. Lakukan latihan  secara teratur untuk mengggunakan senjata pertanyaan sehingga menjadi kebiasaan yang natural.

 Mengarang merupakan satu dari bentuk pengajaran karena pembaca belajar sesuatu dari subjek yang ditulis. Dari sisi lain, mengarang  merupakan satu cara belajar bagi sang pengarang sendiri.  Menulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain juga meningkatkan  cakrawala pikir si penulis. Menulis sesuatu mengharuskan penulis untuk menggali kembali sumber ingatan, membaca berbagai literatur dan pendapat orang lain yang layak untuk dijadikan rujukan. Selama proses itu, materi tulisan terus menerus keluar masuk pikiran, bersentuhan dengan dimensi emosi, diubah, disesuaikan, disempurnakan hingga menjadi bentuk paling logis dan menarik  atau memiliki cita rasa tertentu yang menggerakkan dan menarik minat orang untuk membacanya.
Membaca dan mengoreksi naskah lewat proses sadar maupun bawah sadar menyebabkan  terjadinya proses pembelajaran. Proses  yang berulang akan menjadi pembiasaan yang terpatri dalam pikiran bawah sadar. Proses pembelajaran lewat modus sadar dan bawah sadar lebih tahan lama karena seluruh informasi penting dalam memori jangka pendek  (di belahan otak kiri) dipindahkan ke bagian otak yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan memori jangka panjang (belahan otak kanan).
Materi yang ditulis akhirnya menjadi pengetahuan tacit, yaitu pengetahuan yang  benar-benar menjadi bagian dari pengetahuan pribadi yang didapatkan  melalui proses belajar mandiri, belajar dari pengalaman diri sendiri, belajar dari pengalaman orang lain melalui interaksi dan dialog dengan pihak  lain yang dengan sukarela berbagi pengetahuan. Proses penulisan berlanjut dengan  peningkatan pemahaman terhadap tulisan kita sendiri, peningkatan wawasan, pemahaman dan ingatan dipatrikan selama proses penulisan hingga menjadi bentuk tulisan final.
Menulis  juga merupakan proses menyusun ulang ide-ide secara sistematis, logis dan menarik. Ide  yang masih tersimpan dalam memori otak atau yang  keluar melalui lisan, biasanya belum tersusun dengan logis  walaupun bisa saja menarik. Ide-ide itu masih samar,  belum stabil karena keluar masuk pikiran tanpa bisa dicegah. Menulis informasi yang tersimpan dalam memori otak menjadikannya dapat terlihat secara utuh, tersusun rapi, logis dan menarik sehingga lebih mudah dimengerti oleh diri sendiri maupun pihak lain.
Pertanyaan Pemikiran Linguistik-jurnalistik  
Posting sebelumnya menekankan pentingnya keterampilan membaca maka posting ini menekankan pentingnya memahami dan menguasai  alat yang disebut pertanyaan. Menuang ide yang ditopang data dan informasi  menjadi bentuk tulisan diperlukan alat yaitu pertanyaan. Itulah sebabnya seorang penulis harus akrab dan bersahabat dengan pertanyaan. Sebenarnya, selama proses membaca, aktivitas bertanya juga sudah dilakukan dengan mempertanyakan setiap aspek dari materi yang tertera dalam sumber bacaan. Membaca secara aktif dan kritis terhadap sumber bacaan dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan selama proses membaca.
Dunia jurnalistik mengenal pertanyaan-pertanyaan standar meliputi 6 pertanyaan dasar yang  dikenal sebagai 5W+1H (singkatan ini diambil dari huruf depan setiap pertanyaan tersebut dalam bahasa Inggris) yang terdiri dari: Siapa(Who), Apa (What), Kapan  (When), Dimana (Where), Mengapa (Why), Bagaimana (How). Inilah daftar pertanyaan standar jurnallistik yang saya istilahkan pertanyaan linguistik. Mengapa saya sebut pertanyaan lingustik karena pertanyaan ini didominasi oleh penggunaan bagian otak yang bertugas mengolah bahasa atau bagian otak yang bertanggungjawab terhadap kecerdasan linguistik (dibelahan kiri otak),  sehingga pertanyaan tersebut dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan yang diajukan secara lisan maupun tertulis. 

Pertanyaan Pemikiran Visualisik
Selain formulasi standar dalam bidang jurnalistik,  kita bisa merujuk pendapat Dan Roam dalam bukunya The Magic of Picture (2008) sebagai bahan perbandingan. Dan Roam adalah seorang konsultan yang pernah bekerja membantu  perusahaan besar seperti Google, eBay, Wells Fargo, dan Feter’s Coffe and Tea. Ia banyak membantuk menyelesaikan masalah bisnis dengan “senjata pertanyaan” meliputi bidang-bidang bisnis seperti: mendefinisikan strategi bisnis, meluncurkan produk baru, merancang flatform teknologi, dan memperkenalkan insentif penjualan baru. Ia mengedepankan konsep berpikir visual sehingga setiap pertanyaan diubah bentuknya  menjadi serangkaian gambar dan simbol sederhana yang mudah dimengerti dan membuat masalah bisnis dapat terlihat secara utuh dan menyeluruh dalam selembar kertas. Pemikiran visual lebih memanfaatkan kekuatan otak kanan karena menggambar dan penggunaan warna adalah salah satu ciri kekuatan otak kanan.
Pendekatan yang dipakai Dan Roam  sangat unik karena dia tidak menggunakan program komputer untuk menggambar dan pempresentasikan pekerjaannya melainkan  menggunakan tangannya untuk menggambar menggunakan bentuk-bentuk dasar dan simbol-simbol. Ia mengatakan otak, mata dan tangan merupakan alat berpikir visual yang sempurna. Dengan cara seperti itu dia mampu menyelesaikan problem bisnis yang dihadapi oleh perusahan-perusahaan terkemua.
Pertanyaan dalam metode berpikir visual sebenarnya sama dengan pemikiran lingustik. Perbedaan yang menonjol terletak pada penggunaan gambar  yang dominan dan penggunaan kata-kata yang minimalis. Susunan pertanyaan yang digunakan Dan Roam adalah seperti ini: Apa dan Siapa? (What/Who?), Berapa banyak? (How many/How much), Kapan (When?), Di mana (Where), Mengapa (Why), Bagaimana (How). 

Perbedaan pertanyaan standar jurnalistik dengan pertanyaan pemikiran visual ini antara lain:

  • Pemikiran visual menggabungkan pertanyaan apa dan siapa dalam satu paket karena kedua hal ini hubungannya sangat dekat. Penggabungan ini tidak multak, hanya dalam formulasi yang dibuat Dan Roam, dia menggabungkan kedua pertanyaan itu sekaligus. Pertanyaan standar jurnalistik memisahkan antara pertanyaan apa dan siapa, walaupun dalam prakteknya juga tidak jauh berbeda seperti metode pemikiran visual.
  • Pemikiran visual secara eksplisit menggunakan pertanyaan berapa banyak? (how many/how much) untuk menanyakan data yang bersifat angka-angka dan pengukuran. Pertanyaan jurnalistik sebenarnya juga menanyakan aspek ini, hanya dalam rumusan 5w+1h tidak dinyatakan secara eksplisit.
  • Pertanyaan pemikiran visual dirancang untuk menyederhanakan kata-kata ke dalam bentuk simbol dan gambar sederhana sehingga dapat dilihat oleh mata. Penggunaan gambar, simbol dan warna menyebabkan otak kanan teraktivasi dengan baik dan digunakan secara baik dalam pemikiran visual. Pertanyaan jurnalistik dirancang  dalam format linguistik, dituangkan dalam bentuk tulisan bersifat linier dan kronologis sehingga merupakan pekerjaan belahan otak kiri. Pertanyaan pemikiran visual lebih holistik dan “bisa sekali lihat”.
Melihat perbedaan kedua cara bertanya ini, kombinasi kedua metode ini bisa digunakan dalam mengajukan pertanyaan untuk menyusun tulisan.

Maksud setiap pertanyaan
Sebelum menggunakan kata tanya yang terangkai dalam kalimat pertanyaan, terlebih dahulu kita harus memahami maksud dari setiap pertanyaan dan hubungan antara setiap pertanyaan dengan pertanyaan yang lain.

  • Siapa (Who). Pertanyaan APA, digunakan untuk mencari jawaban tentang orang. Pertanyaannya bisa seperti: siapa yang menjadi penyebab masalah? Siapa yang menyaksikan peristiwa? Siapa yang terlibat? Siapa yang menjadi korban? Siapa yang bertanggungjawab, dan sebagainya.
  •  Apa (What). Pertanyaan APA,  mencari jawaban dari masalah yang berhubungan dengan benda atau materi. Bentuk pertanyaannya dapat berupa: Apa yang terjadi? Apa masalahnya?  Apa yang disaksikan? Apa yang tidak nyaman? Dan sebagainya.
  •  Berapa banyak? (How many/How much). Pertanyaan BERAPA BANYAK , berhubungan dengan angka-angka dari hasil pengukuran dan penghitungan. Bentuk pertanyaannya dapat berupa:  Berapa banyak yang terlibat? Berapa lama? Berapa beratnya? Apakah sejumlah X ini cukup? Berapa kekurangan Y? Berapa lama waktunya? Berapa suhunya? Dan sebagainya.
  • Kapan (When?). Pertanyaan KAPAN, berhubungan dengan waktu, krologis kejadian, dan penjadwalan. Bentuk pertanyaannya seperti: kapan persisnya peristiwanya terjadi?  Kapan persisnya akan dilakukan? Kapan kegiatan ini dimulai? Kapan akan berakhir? Dan sebagainya.
  • Di mana (Where). Pertanyaan DI MANA, berhubungan dengan lokasi, tempat, posisi, atau arah dalam ruang dan waktu.  Bentuk pertanyaannya dapat berupa: Di mana kita berada sekarang ?(dalam ruang dan waktu), Kemana kita akan menuju? (dalam ruang dan waktu), Di bagian mana masalahnya? Di mana bagian yang penting?  Di mana yang kurang penting? Di mana yang berpengaruh? Dimana yang kurang berpengaruh? Dan sebagainya.
  • Bagaimana (How). Pertanyaan BAGAIMANA berhubungan dengan proses, cara, modus terjadinya sesuatu, hal-hal yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, atau hubungan sebab-akibat. Bentuk pertanyaannya dapat berupa: Bagaimana cara melakukannya? Bagaimana jika ini tidak dilakukan? Bagaimana jika tidak seluruh kegiatan ini dilakukan, apakah ada pengaruhnya? Jika cara ini dirubah dapatkan merubah hasilnya?
  • Mengapa (Why). Pertanyaan MENGAPA  ini berhubungan dengan gambar besar dan keseluruhan tentang subjek atau masalah yang akan ditulis. Pertanyaan ini sebenarnya gabungan dari pertanyaan-pertanyaan  sebelumnya yang membaur menjadi satu,  mengarah ke inti masalah sehingga dapat dilihat secara utuh dari berbagai sisi. Pertanyaan ini berhubungan dengan mencari alasan yang mendalam, mencari akar dari masalah, alasan kuat yang mendasari sebuah tindakan atau peristiwa. Bentuk pertanyaan ini dapat berupa : Mengapa melakukan itu dan bukan ini? Apakah hal  itu/tindakan itu  benar? Apakah sebaiknya melakukan tindakan lain? Jika perlu mengubah, apakah ada pilihan? Dan sebagainya.
Bagaimana menggunan senjata pertanyaan?
Analogi Pertanyaan  sebagai sebuah senjata api dan kata tanya sebagai pelurunya menunjukkan keampuhan pertanyaan untuk menguak suatu masalah atau misteri yang belum terpecahkan. Tetapi keampuhan ini hanya akan terjadi jika mahir menggunakannya. The gun penting tetapi yang lebih penting lagi adalah Men behind the gun! Hal yang sama berlaku dalam memanfaatkan kekuatan pertanyaan. Pertanyaan yang benar akan menuntun pada jawaban yang benar, pertanyaan yang salah akan mengarah pada jawaban yang keliru. Bagaimana caranya agar mahir memainkan pertanyaan?
Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membuat terbiasa dengan pertanyaan:

  • Pahamilah maksud dari setiap pertanyaan yang direpresentasikan kata tanya seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
  • Berlatih setiap hari mengajukan pertanyaan pada orang di sekelilling kita, mulai dari orang terdekat. Ajukan pertanyaan secara ramah dan alami tentang topik yang ringan dan tidak menyinggung SARA maupun ego dan harga diri orang yang ditanya. Dengarkan dengan seksama, belajarlah menjadi pendengar yang baik. Jangan terlalu banyak berbicara, biarkan orang lain yang berbicara, tugas kita hanya memancing orang lain agar mengeluarkan apa yang dipikirkannya atau apa yang menjadi masalahnya. Beri penghargaan dan pujian atas apa yang diungkapkannya. Jangan memaksa karena tujuannya hanya untuk berlatih mengajukan pertanyaan  sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan baru yang natural.
  • Bacalah berbagai sumber bacaan seperti koran, majalah atau novel. Bacalah sambil mengajukan pertanyaan 5W+1H ditambah pertanyaan how many dan how much. Coba temukan jawabannya dalam setiap bagian dari kalimat yang kita baca.
  • Gunakan pemikiran visual. Gantilah kalimat pertanyaan dengan gambar-gambar dan simbol yang mewakili pertanyaan dan jawaban.  Pelajari metode ini, antara lain dalam buku yang ditulis Dan Roam. Penggunaan pertanyaan jurnalistik-linguistik dan pertanyaan metode pemikiran visual akan dapat menyeimbangkan penggunaan belahan otak kiri dan kanan.
Bersahabatlah dengan pertanyaan! Pahami rumus dasar pertanyaan. Berlatihlah setiap hari mengajukan pertanyaan sehingga mencapai  kebiasaan  yang natural.[]


Ditulis: JAAFAR

Keterampilan Menulis

Menulis sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja. Secara potensial, setiap orang bisa menulis sebagaimana halnya berbicara. Namun untuk menjadi penulis "mahir" tentu tidak mudah karena diperlukan proses yang panjang. Apakah bakat dibutuhkan? Mungkin ya. Tetapi saya lebih meyakini bakat sebesar apapun tidak akan  menjadikan seseoranag penulis jika tidak melakukan proses untuk menjadi penulis. "Proses menjadi" atau kegiatan berporses ini maksudnya adalah melatih diri terus-menerus dengan penuh kesabaran, belajar dengan mempraktekkan hingga pada suatu tahap tertentu mencapai level "mahir". Lupakan dulu soal teori bakat. Semua penulis besar tidak memulai profesinya penulis dengan betul-betul mengetahui bahwa dirinya berbakat luar biasa. Mereka hanya  berproses terus menerus,  jatuh-bangun, jatuh-bangun  lalu mencapai titik tertentu dalam proses tersebut hingga lahir menjadi seorang penulis yang dianggap luar biasa.


Motivasi dan Latihan
Membaca buku tentang menulis atau mempelajari teori tentang menulis adalah penting tetapi itu saja  tidak cukup. Pengetahuan yang didapat itu hanya tentang cara menulis. Untuk menjadi penulis dibutuhkan langkah selanjutnya yaitu praktek menulis. Latihan menulis secara teratur yang akan menjadikan kita penulis. Kuncinya adalah latihan  penuh semangat, tanpa kenal lelah.
Faktor yang tak kalah penting adalah motivasi. Kekuatan penggerak yang berasal dari dalam diri menjadi faktor penentu apakah seseorang akan menjadi penulis atau tidak. Motivasi yang kuat akan membuat seseorang "tahan banting" untuk terus berproses hingga tercapai cita-cita menjadi penulis. Minat dan hasrat yang kuat disertai rasa cinta yang mendalam sangat dibutuhkan untuk menuntaskan proses menjadi penulis.Carilah alasan terdalam, alasan sangat kuat yang dapat menjawab pertanyaan dari diri sendiri mengapa ingin menjadi penulis. Temukan motivasi paling kuat itu, jadikann sebagai sumber semangat untuk berproses, terus berlatih hingga mencapai kemahiran dalam menulis.

Alat dan Media yang dibutuhkan
Sebenarnya tidak dibutuhkan banyak alat untuk menjadi penulis. Otak dengan pancaindera serta anggota tubuh yang sudah dianugerahkan Tuhan adalah alat yang paling penting. Aset  utama yang tak ternilai harganya adalah otak berikut pancaindera dan anggota tubuh yang digunakan untuk menulis. Perlengkapan lainnya hanya penujang. Jadi, langkah pertama yang dibutuhkan adalah menjaga kesehatan dan keselamatan aset yang luar biasa ini, mengisi dan menggunakannya dengan teratur hingga dapat bekerja pada kondisi terbaik.
Seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi,  setiap jaman memberikan kemudahan tertentu. Mulai dari jaman tullisan pada media batu, pelelah daun dan tulang belulang, lalu era pensil dengan selembar kertas, kemudian era mesin ketik  hingga munculnya era komputerisasi maka kegiatann berproses ini semakin dipermudah oleh setiap perubahan jaman.
Jaman sekarang, proses ini dimudahkan dengan berbagai macam tools untuk membantu kita menulis. Proses melatih diri ini semakin dipermudah dengan lahirnya teknologi internet. Munculnya Jejaring Sosial dan Media Blog seperti ini sangat membantu kita berproses. Kita bisa berlatih dengan menulis apa saja yang menjadi minat kita lalu mengirimnya ke media jejaring sosial atau media blog.
Teruslah berproses. Lakukan latihan  menulis berbagai hal yang menjadi perhatian dan  minat kita  setiap hari. Temukan movitasi paling kuat yang menjadi alasan mengapa ingin menulis. Manfaatkan jejaring sosial dan media blog untjuk menerbitkan tulisan.[]


  • Ditulis : JAAFAR 
  • Editor  : JNB


Tulisan terkait:
Jika Kita bisa Membaca maka Kita bisa Menulis
Bersahabat dengan Pertanyaan








Paling Berharga

 Apa yang paling berharga di diri manusia? Mungkin jawabannya beragam, tidak mesti sama bagi setiap orang.

Menurut saya, hal paling berharga dalam diri seseorang adalah pikiran. Ya, pikiran.

 Sebabnya? Pikiran lah yang membedakan manusia dengan binatang.  Pikiran adalah ciri khas manusia. Pikiran adalah karunia dari sang Maha Pencipta. Pikiran adalah amanah dari sang Maha Pencipta.

Ada tiga hal yaitu terkait dengan pikiran: otak, pikiran, dan pemikiran. Otak (brain) adalah perangkat keras. Pikiran  (mind) tidak merujuk pada organ fisik melainkan pada bagian yang kita pikir, rasakan dan sadari dari dunia. Bila otak adalah hardware maka pikiran adalah  software. Pemikiran adalah hasil kolaborasi antara brain dan mind yang disebut thought

Catatan mikro ini tentu tidak membahas secara mendalam tentang brain, mind, dan thought. Melainkan hanya menyampaikan tentang peran pikiran kaitannya dengan sukses.

Sukses adalah kata yang sangat menggoda. Bikin penasaran. Setiap orang punya pendapat dan pandangan tentang sukses. Kaitan pikiran dan sukses itulah yang ingin disampaikan dalam catatan kecil ini.

bersambung...