Andrea Harefa, seorang penulis produktif buku-buku best
seller berkata:
“menulis adalah keterampilan sekolah dasar”.
Setiap orang yang pernah “makan” bangku sekolah,
sekalipun hanya sekolah dasar, potensial menjadi penulis. Di SD kita belajar 4 keterampilan dasar
berbahasa, yaitu: membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Jadi, menulis
hanya seperempat bagian dari keterampilan berbahasa. Atas dasar ini maka bisa
jadi benar pernyataan Andrea Harefa bahwa menulis adalah keterampilan sekolah
dasar. Pesan rasional, moral dan motivasional yang hendak disampaikannya bahwa
siapa pun, tanpa melihat latar belakang pendidikan dan status sosialnya potensial
menjadi penulis.
Saya menekankan hubungan “jika bisa membaca maka bisa
menulis” karena apa yang ditulis pada dasarnya adalah apa yang dibaca. “Membaca”
tak hanya dalam pengertian membaca bahan bacaan seperti buku dan berbagai bahan
terbitan lainnya, namun juga membaca tanda-tanda alam dan gejala kehidupan
sehari-hari. Bacaan tekstual (bahan-bahan terbitan) dan bacaan kontekstual
(kejadian sehari-hari dalam kaitannya dengan bacaan tekstual) adalah sumber
daya atau bahan mentah untuk tulisan. Sering dikatakan bahwa bacaan adalah
“makanan” penulis. Membaca adalah salah satu syarat yang dibutuhkan dalam
menulis.
Seorang penulis pasti memiliki keterampilan membaca. Jadi, dalam
proses menjadi penulis, selain melatih diri secara konsisten dalam praktik menulis
maka pada saat yang sama terus meningkatkan dan melatih diri dalam kemampuan
membaca. Membaca dan berlatih menulis dilakukan secara simultan dan konsisten
hingga mencapai level “nyaman”; yaitu kondisi
batiniah yang tidak merasakan banyak kesulitan dalam membaca dan menulis
melainkan menikmati dan mencintai aktivitas tersebut.
Sekadedar contoh yang pantas kita jadikan teladan. Adam
Malik adalah seorang wartawan yang hanya bersekolah formal hingga kelas 5 SD.
Namun beliau berhasil menjadi jurnalis yang hebat. Luar biasanya lagi bahkan
pernah menjadi wakil presiden era Orde Baru
mendampingi Presiden Soeharto. Walau secara formal hanya sekolah kelas
lima SD, namun semua orang pada jamannya mengetahui bahwa beliau adalah seorang
pembelar hebat. Beliau terus belajar sepanjang hayat hingga membuahkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang luar biasa melebihi kebanyakan orang
pada pada jamannya.
Membaca membangkitkan motivasi
Penting untuk terus diulang-ulang dan ditekankan bahwa membaca teori menulis
tidak dengan sendirinya membuat kita menjadi penulis. Praktik menulis terus-menerus
itulah yang akan membuat kita menjadi penulis. Di dunia ini yang kompeks ini, kita tidak bisa menjalankan apapun hanya
dengan sebuah teori, melainkan harus dengan banyak teori yang
dipaduk-padankan dalam praktek.
Teori-teori dalam bidang apapun bahkan muncul-hilang silih berganti tak ubahnya
mode pakaian. Sebagian teori itu tampak indah dan kokoh dari kejauhan
tetapi begitu didekati, ternyata mudah
goyah dan rubuh seperti patung pasir. Teori yang modis itu kadang tidak bisa
jalan sebagaimana yang diiklankan. Hal yang sama berlaku juga dalam dunia tulis
menulis. Teori itu lahir dari praktik bukan lahir dari awang-awang, yaitu
generalisasi dari berbagai praktek terbaik yang telah diuji-coba dengan
berhasil.Teori tentang cara menulis sudah sangat banyak, kita bisa mengikuti
salah satu atau beberapa dari anjuran yang ada pada setiap buku. Jika bisa
belajar langsung para sang pengarang akan sangat baik. Yang sangat kurang
adalah tulisan tentang motivasi untuk menggugah semangat setiap orang yang ingin menjadi penulis.
Itulah sebabnya tulisan-tulisan yang berisi tentang motivasi
secara umum, buku-buku tentang pengembangan diri dan pembelajaran, serta tulisan motivasional spesifik dalam bidang keterampilan menulis perlu
dibaca selama proses melatih diri dalam menulis. Bacaan-bacaan motivasional
akan meneguhkan dan mengklarifikasi pikiran dan emosi diri sendiri dan
memperkuat keyakinan bahwa kita bisa menulis. Ketika telah mencapai tingkat
keyakinan “ bisa menulis” yang sangat kuat maka metode dan trik dalam menulis
dapat dipelajari dalam berbagai sumber yang telah disediakan oleh para penulis
terdahulu. Kiat-kiat prakis menulis, pengalaman pribadi yang rasional-motivasional
para penulis profesional umumnya sudah terkodifikasi dengan baik sehingga kita
bisa mempelajarinya secara mandiri untuk meningkatkan kapasitas kita dalam
menulis. Para penulis besar ini juga umumnya sangat baik hati dan bersedia
membagi pengalamannya. Keyakinan yang kuat bahwa kita BISA menulis dan faktor
motivasional adalah dua hal mendasar yang harus dimiliki untuk menjadi penulis.
Bagaimana dengan keterampilan mendengar dan berbicara? Tentu
dua hal ini juga sangat mendukung kemampuan kita dalam menulis. Sebenarnya
seluruh keterampilan dalam berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) adalah
saling mendukung dan saling mempengaruhi secara timbal balik dalam meningkatkan
kemampuan menulis. Diperlukan ruang khusus untuk membicarakan masing-masing
keterampilan ini. Kita akan bahas nanti pada waktunya tentang bagaimana menjadi
pembicara yang baik, pendengar yang aktif, pembacara yang efektif dan penulis
yang mahir.
Ditulis: Jaafar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar