Senin, 05 Mei 2025

Jika Kita bisa Membaca maka Kita bisa Menulis


Andrea Harefa, seorang penulis produktif buku-buku best seller berkata: 
  “menulis adalah keterampilan sekolah dasar”.
 Setiap orang yang pernah “makan” bangku sekolah, sekalipun hanya sekolah dasar, potensial menjadi penulis.  Di SD kita belajar 4 keterampilan dasar berbahasa, yaitu: membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Jadi, menulis hanya seperempat bagian dari keterampilan berbahasa. Atas dasar ini maka bisa jadi benar pernyataan Andrea Harefa bahwa menulis adalah keterampilan sekolah dasar. Pesan rasional, moral dan motivasional yang hendak disampaikannya bahwa siapa pun, tanpa melihat latar belakang pendidikan dan status sosialnya potensial menjadi penulis.

Saya menekankan hubungan “jika bisa membaca maka bisa menulis” karena apa yang ditulis pada dasarnya adalah apa yang dibaca. “Membaca” tak hanya dalam pengertian membaca bahan bacaan seperti buku dan berbagai bahan terbitan lainnya, namun juga membaca tanda-tanda alam dan gejala kehidupan sehari-hari. Bacaan tekstual (bahan-bahan terbitan) dan bacaan kontekstual (kejadian sehari-hari dalam kaitannya dengan bacaan tekstual) adalah sumber daya atau bahan mentah untuk tulisan. Sering dikatakan bahwa bacaan adalah “makanan” penulis. Membaca adalah salah satu syarat yang dibutuhkan dalam menulis.
Seorang penulis pasti memiliki keterampilan membaca. Jadi, dalam proses menjadi penulis, selain melatih diri secara konsisten dalam praktik menulis maka pada saat yang sama terus meningkatkan dan melatih diri dalam kemampuan membaca. Membaca dan berlatih menulis dilakukan secara simultan dan konsisten hingga mencapai level “nyaman”; yaitu kondisi  batiniah yang tidak merasakan banyak kesulitan dalam membaca dan menulis melainkan menikmati dan mencintai aktivitas tersebut.
Sekadedar contoh yang pantas kita jadikan teladan. Adam Malik adalah seorang wartawan yang hanya bersekolah formal hingga kelas 5 SD. Namun beliau berhasil menjadi jurnalis yang hebat. Luar biasanya lagi bahkan pernah menjadi wakil presiden era Orde Baru  mendampingi Presiden Soeharto. Walau secara formal hanya sekolah kelas lima SD, namun semua orang pada jamannya mengetahui bahwa beliau adalah seorang pembelar hebat. Beliau terus belajar sepanjang hayat hingga membuahkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang luar biasa melebihi kebanyakan orang pada pada jamannya.


Membaca membangkitkan motivasi
Penting untuk terus diulang-ulang  dan ditekankan bahwa membaca teori menulis tidak dengan sendirinya membuat kita menjadi penulis. Praktik menulis terus-menerus itulah yang akan membuat kita menjadi penulis. Di dunia ini yang kompeks ini,  kita tidak bisa menjalankan apapun hanya dengan sebuah teori, melainkan harus dengan banyak teori yang dipaduk-padankan  dalam praktek. Teori-teori dalam bidang apapun bahkan muncul-hilang silih berganti tak ubahnya mode pakaian. Sebagian teori itu tampak indah dan kokoh dari kejauhan tetapi  begitu didekati, ternyata mudah goyah dan rubuh seperti patung pasir. Teori yang modis itu kadang tidak bisa jalan sebagaimana yang diiklankan. Hal yang sama berlaku juga dalam dunia tulis menulis. Teori itu lahir dari praktik bukan lahir dari awang-awang, yaitu generalisasi dari berbagai praktek terbaik yang telah diuji-coba dengan berhasil.Teori tentang cara menulis sudah sangat banyak, kita bisa mengikuti salah satu atau beberapa dari anjuran yang ada pada setiap buku. Jika bisa belajar langsung para sang pengarang akan sangat baik. Yang sangat kurang adalah tulisan tentang motivasi untuk menggugah semangat  setiap orang yang ingin menjadi penulis.
Itulah sebabnya tulisan-tulisan yang berisi tentang motivasi secara umum, buku-buku tentang pengembangan diri dan pembelajaran, serta  tulisan motivasional spesifik  dalam bidang keterampilan menulis perlu dibaca selama proses melatih diri dalam menulis. Bacaan-bacaan motivasional akan meneguhkan dan mengklarifikasi pikiran dan emosi diri sendiri dan memperkuat keyakinan bahwa kita bisa menulis. Ketika telah mencapai tingkat keyakinan “ bisa menulis” yang sangat kuat maka metode dan trik dalam menulis dapat dipelajari dalam berbagai sumber yang telah disediakan oleh para penulis terdahulu. Kiat-kiat prakis menulis, pengalaman pribadi yang rasional-motivasional para penulis profesional umumnya sudah terkodifikasi dengan baik sehingga kita bisa mempelajarinya secara mandiri untuk meningkatkan kapasitas kita dalam menulis. Para penulis besar ini juga umumnya sangat baik hati dan bersedia membagi pengalamannya. Keyakinan yang kuat bahwa kita BISA menulis dan faktor motivasional adalah dua hal mendasar yang harus dimiliki untuk menjadi penulis.
Bagaimana dengan keterampilan mendengar dan berbicara? Tentu dua hal ini juga sangat mendukung kemampuan kita dalam menulis. Sebenarnya seluruh keterampilan dalam berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) adalah saling mendukung dan saling mempengaruhi secara timbal balik dalam meningkatkan kemampuan menulis. Diperlukan ruang khusus untuk membicarakan masing-masing keterampilan ini. Kita akan bahas nanti pada waktunya tentang bagaimana menjadi pembicara yang baik, pendengar yang aktif, pembacara yang efektif dan penulis yang mahir.

Ditulis: Jaafar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar