Kamis, 29 Mei 2025

Dalih Usia

🗝️

Dua perkataan yang mengurung potensi manusia:

1. SAYA TERLALU MUDA
2. SAYA TERLALU TUA

Usia dijadikan DALIH. Padahal seseorang dapat mencapai dan menjadi apapun pada usia berapapun. Usia bukan dalih. Usia bukan halangan.

Hanya di 062 ini saja usia jadi penghalang formal untuk mendapatkan pekerjaan, terutama bagi yang "terlalu tua" dari "syarat" yang diwajibkan.

Sungguh terlalu.

Panjang jika dibahas. Jadi cukup itu saja. 🆗

Minggu, 25 Mei 2025

Membangun Kewirausahaan: Fondasi Kemajuan Bangsa


Abstraksi
Tulisan ini mengupas esensi kewirausahaan sebagai pilar penting bagi kemajuan suatu bangsa, dengan menyoroti kondisi minimnya jumlah wirausaha di Indonesia. Perbedaan mendasar antara pedagang dan wirausaha dijelaskan untuk meluruskan pemahaman yang keliru. Lebih lanjut, tulisan ini mengidentifikasi tantangan rendahnya minat berwirausaha, terutama di kalangan generasi muda, serta menawarkan solusi berupa panduan ringkas untuk menumbuhkan semangat berwirausaha melalui pendirian Usaha Kecil dan Menengah (UKM), yang mencakup persiapan, pengelolaan, strategi pemasaran, hingga penyusunan rencana bisnis.
Membangun Kewirausahaan: Fondasi Kemajuan Bangsa


Sebuah bangsa idealnya memiliki minimal 2% populasi yang berjiwa wirausaha (entrepreneur) untuk mencapai status negara maju. Ironisnya, Indonesia saat ini baru mencatatkan angka 0,2% masyarakat yang berprofesi sebagai wirausaha. Kondisi ini, menurut hemat penulis, menjadi salah satu faktor krusial yang menghambat Indonesia melepaskan diri dari status negara berkembang. Potensi kewirausahaan sebagai motor penggerak ekonomi kreatif di negeri ini masih jauh dari optimal.

Muncul pertanyaan, bukankah mayoritas masyarakat Indonesia berprofesi sebagai pedagang? Lantas, mengapa jumlah pedagang yang sedemikian besar tidak mampu memenuhi ambang batas 2% wirausaha? Jawabannya terletak pada definisi wirausaha itu sendiri, yang memiliki karakteristik dan kriteria spesifik yang melampaui sekadar aktivitas berdagang.

Robert Kiyosaki dalam karyanya yang monumental, “Rich Dad, Poor Dad,” secara eksplisit membedakan antara pedagang dan wirausaha. Pedagang pada dasarnya adalah seorang pekerja mandiri (self-employed), individu yang mendirikan usaha sendiri dan menggaji dirinya sendiri. Usaha semacam ini cenderung stagnan dan sangat bergantung pada kehadiran aktif pemiliknya; jika pedagang berhenti beraktivitas, maka aliran pendapatannya pun terhenti.

Dengan demikian, kunci utama dari kewirausahaan adalah pertumbuhan dan perkembangan. Sekecil apapun skala usaha yang didirikan, seorang pendiri usaha dapat dikategorikan sebagai wirausaha jika ia memiliki visi yang kuat dan kemampuan untuk merealisasikan visi tersebut menjadi kenyataan. 

Sebuah diktum yang sering terdengar adalah: pedagang bekerja untuk mendapatkan uang, sementara bagi wirausaha, uanglah yang bekerja untuk mereka. 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah individu-individu yang memiliki kegigihan, daya inovasi tinggi, dan kemampuan untuk mewujudkan impian mereka. Lebih jauh lagi, mereka mampu memberikan dampak positif dan menjadi penggerak bagi lingkungan sekitarnya. Maka, tidak mengherankan jika ambang batas 2% wirausaha dalam sebuah populasi seringkali dikaitkan dengan kemajuan suatu negara.

Berbeda dengan pedagang "biasa", wirausaha adalah pemilik bisnis (business owner). Mereka.memulai usaha sendiri, namun dengan visi untuk mengembangkan bisnisnya hingga mampu mempekerjakan orang lain. Bisnis yang awalnya tunggal berpotensi untuk bertransformasi menjadi multiple unit usaha, bahkan berkembang menjadi sebuah perusahaan induk (holding company). Keunggulan utama seorang wirausaha adalah kemampuannya membangun sistem yang solid, sehingga bisnisnya dapat terus berjalan bahkan ketika ia tidak terlibat secara langsung.

Permasalahan mendasar yang dihadapi saat ini adalah masih minimnya aspirasi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, untuk menjadi wirausaha. Studi yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa hanya sekitar 3% lulusan sarjana yang memilih untuk memulai karier dengan membuka usaha. Mayoritas lainnya lebih memilih jalur konvensional dengan mencari pekerjaan formal terlebih dahulu, dan baru beralih ke berdagang jika gagal dalam pencarian kerja – itupun belum tentu dengan mentalitas wirausaha.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat berwirausaha di kalangan pemuda antara lain adalah ketakutan akan kegagalan, keterbatasan modal, ketiadaan ide bisnis, kekhawatiran akan cibiran, dan berbagai alasan psikologis lainnya. 
Sebaliknya, menjadi seorang pegawai dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dan terhindar dari risiko-risiko tersebut.

Menyadari kondisi ini, sebagai penulis blog pribadi, berinisiatif menyusun sebuah panduan ringkas yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat berwirausaha, dengan fokus pada langkah awal melalui pendirian Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Panduan akan ditulis secara berlanjut di blog jurnal ini. Dimulai dengan memaparkan realitas kondisi kewirausahaan di Indonesia dan urgensi kehadiran wirausaha serta UKM bagi kemajuan bangsa. Selanjutnya, panduan ini akan mengulas berbagai aspek penting dalam memulai usaha, mulai dari persiapan awal, pengelolaan operasional, hingga strategi pemasaran sederhana yang efektif untuk mengembangkan bisnis baru. Sebagai nilai tambah, panduan via blog ini dilengkapi dengan panduan praktis dalam menyusun rencana bisnis (business plan) yang berkualitas.

By neojeff



Melihat Karya Seni dengan Cara yang Lebih Luas

Melihat Karya Seni dengan Cara yang Lebih Luas

Seni bukan cuma soal gambar, patung, atau musik yang kita lihat dan dengar—ada cerita di baliknya, ada makna yang lebih dalam kalau kita mau menggali. Cara terbaik untuk memahami seni adalah dengan melihatnya dari berbagai sudut: siapa yang menciptakannya, apa yang ingin disampaikan, dan bagaimana publik menanggapinya.  

1. Seniman dan Ide di Balik Karya

Setiap seniman punya cara berpikir dan pendekatan sendiri dalam menciptakan karya. Dari ide, teknik, sampai simbol yang mereka gunakan—semuanya mencerminkan gagasan yang ingin mereka sampaikan. Kalau kita bisa memahami pola pikir dan inspirasi mereka, menikmati karya seni jadi lebih bermakna.  

2. Karya Seni Itu Sendiri

Seni punya dua bagian utama: yang bisa kita lihat dan yang bisa kita rasakan. Aspek visual mencakup warna, komposisi, harmoni, dan unsur fisik lainnya. Tapi lebih dari itu, ada gagasan di baliknya—pesan, kesan, atau bahkan imajinasi liar sang seniman. Perpaduan antara bentuk dan makna inilah yang membuat seni begitu unik dan berkesan.  

3. Publik dan Perspektifnya

Sebuah karya bisa disukai atau ditolak oleh publik, tergantung bagaimana mereka melihatnya. Kadang seni yang terlalu "nyeleneh" atau bertentangan dengan pandangan umum sulit diterima. Tapi di sinilah menariknya, karena seni bukan sekadar soal indah atau tidak—ia juga bisa menjadi refleksi sosial atau bahkan pemicu perubahan.  

Memahami seni dengan cara yang lebih luas membuat kita bisa menikmatinya tanpa batasan. Bukan sekadar melihat atau mendengar, tapi juga merasakan dan menghubungkan diri dengan karya serta cerita di baliknya.  

📌
Catatan neojeff

Selasa, 20 Mei 2025

Mengenal Data Biometrik: Lebih dari Sekadar Sidik Jari


Mengenal Data Biometrik: Lebih dari Sekadar Sidik Jari

Era digital yang semakin maju, kita sering mendengar istilah "data biometrik". Sebenarnya, apa data biometrik? Sederhananya, data biometrik adalah informasi unik tentang karakteristik fisik atau biologis seseorang yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau memverifikasi identitas secara otomatis.

Apa Saja Jenis Data Biometrik?

Data biometrik tidak hanya terbatas pada sidik jari yang sering kita lihat. Ada berbagai macam jenis data biometrik, di antaranya:

- Sidik Jari (Fingerprint): Pola unik pada ujung jari.
- Pengenalan Wajah (Facial Recognition): Identifikasi berdasarkan fitur unik pada wajah.
- Pemindaian Iris Mata (Iris Scan): Menganalisis pola kompleks pada iris mata.
- Pemindaian Retina Mata (Retinal Scan): Memindai pola pembuluh darah di belakang mata.
- Geometri Tangan (Hand Geometry): Mengukur bentuk dan ukuran tangan.
- Pola Suara (Voice Recognition): Mengidentifikasi berdasarkan karakteristik unik suara.
- DNA (Deoxyribonucleic Acid): Informasi genetik unik setiap individu.
- Pola Ketikan (Keystroke Dynamics): Menganalisis cara dan ritme seseorang mengetik.
- Pola Tanda Tangan Dinamis (Signature Dynamics): Menganalisis gerakan dan tekanan saat seseorang menandatangani.

Mengapa Penting untuk Menjaga Keamanan Data Biometrik?

Data biometrik sangat penting untuk dijaga keamanannya karena beberapa alasan krusial:
- Keunikan dan Permanen: Data biometrik bersifat unik untuk setiap individu dan sebagian besar bersifat permanen. Berbeda dengan kata sandi yang bisa diubah, sidik jari atau pola iris mata tidak bisa diganti jika bocor atau disalahgunakan.
- Identitas Pribadi yang Sensitif: Data biometrik adalah bagian inti dari identitas pribadi seseorang. Jika data ini jatuh ke tangan yang salah, dapat digunakan untuk berbagai tindakan kejahatan seperti pencurian identitas, penipuan finansial, atau bahkan akses ilegal ke sistem yang sensitif.
- Implikasi Keamanan dan Privasi: Kebocoran data biometrik dapat memiliki konsekuensi yang lebih serius dibandingkan kebocoran data lainnya. Misalnya, jika data wajah seseorang bocor, mereka bisa saja dilacak atau dipalsukan identitasnya di berbagai platform atau sistem keamanan.

Penting bagi setiap individu dan organisasi yang mengumpulkan dan menyimpan data biometrik untuk mengambil langkah-langkah keamanan yang ketat. Penggunaan enkripsi yang kuat, kontrol akses yang ketat, dan kebijakan privasi yang jelas untuk melindungi informasi sangat penting ini dari akses yang tidak sah. 

Kesadaran akan pentingnya menjaga data biometrik adalah langkah awal untuk melindungi diri kita di era digital. 

neojeff
Sumber: berbagai sumber 



Senin, 19 Mei 2025

Facebook di Mata Ilmuwan: Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong Digital

Facebook di Mata Ilmuwan: Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong Digital

Bayangkan deh, Facebook itu kayak alun-alun di suatu kota yang super rame dan banyak hal terjadi di sana. Para "ilmuwan" jadi penasaran dan pengen "ngulik" Facebook dari berbagai sisi.

Dari sisi "ngobrol" dan "gaul"

• Mereka pengen tahu nih, kita tuh pakai Facebook buat apa aja? Buat stalking teman lama, pamer foto liburan, atau sekadar lihat status orang. Lebih dari itu, mereka lihat gimana kita bikin dan jaga hubungan di dunia maya ini.

• Mereka juga mikir, "Eh, Facebook ini ngaruh nggak sih ke kelakuan kita di dunia nyata?" Misalnya, jadi lebih gampang ikut-ikutan tren, atau malah jadi lebih individualis karena asyik sendiri di depan layar.

• Ada juga yang penasaran banget sama yang namanya "kecanduan Facebook". Beneran ada nggak sih? Kalau ada, efeknya ke kita gimana? Jadi susah tidur, nggak fokus kerja, atau malah jadi nggak peduli sama orang sekitar?

• Nggak ketinggalan juga soal "pencitraan". Di Facebook, kan, kita bisa milih foto profil paling kece dan nulis status yang keren. Nah, para peneliti ini pengen tahu, kenapa sih kita suka "pamer" di Facebook dan apa artinya buat kita sendiri.

• Yang lagi heboh sekarang juga diteliti nih, soal berita-berita yang suka nyebar di Facebook. Kadang bener, kadang hoax. Mereka pengen tahu kenapa bisa cepet banget nyebar dan gimana dampaknya ke kita semua.

• Oh iya, mereka juga suka lihatin grup-grup di Facebook. Misalnya, grup ibu-ibu komplek atau komunitas pecinta kucing. Mereka pengen tahu, kok bisa sih orang-orang dengan minat yang sama ngumpul dan ngobrol di sana.

Dari sisi "bisnis" dan "jualan"

• Para pebisnis juga nggak mau ketinggalan. Mereka pengen tahu, efektif nggak sih jualan di Facebook? Bikin iklan di sana laku nggak ya?

• Mereka juga mikir, gimana caranya biar bisa deket sama pelanggan lewat Facebook? Bisa nggak sih Facebook jadi tempat curhat atau kasih info produk terbaru?

• Terus, mereka juga suka "ngintip" data-data di Facebook (tentunya yang boleh dilihat ya). Mereka pengen tahu, orang-orang tuh sukanya apa sih? Biar bisa jualan yang pas.

Dari sisi "komputer" dan "data"

• Kalau yang ini lebih teknis. Mereka suka "bongkar" Facebook dari sisi jaringannya. Siapa temenan sama siapa, kok bisa ya rekomendasi teman muncul, dan lain-lain.

• Mereka juga bikin "otak" buat Facebook, biar kita dikasih konten yang kita suka. Misalnya, kok bisa ya video kucing lucu terus muncul di beranda kita?

• Yang penting banget juga nih, mereka mikirin gimana caranya biar Facebook nggak jadi tempat buat orang jahat. Gimana caranya ngedeteksi postingan yang isinya kebencian atau bullying.

• Terakhir, soal "privasi". Mereka juga mikirin, data kita di Facebook aman nggak ya? Jangan sampai bocor ke mana-mana.

Intinya, Facebook itu fenomena yang gede banget. Banyak orang dari berbagai bidang yang pengen "ngertiin" seluk-beluknya: cara kita berinteraksi sampai cara bisnis memanfaatkan platform ini, semuanya menarik untuk diteliti. Jangan heran
kalau ada banyak banget penelitian tentang si "alun-alun digital" ini!

neojeff
- Reading time 1:42
- Speaking time 2:29
- Writing time 44:25




Alegori dan Anekdot

*Alegori dan Anekdot, Sekilas Perbedaan*


Pernah dengar istilah alegori dan anekdot ye tentu e.
Mungkin sekilas mirip, tapi sebenarnya beda.

Alegori itu seperti cerita yang punya "arti rahasia" di baliknya. Tokoh dan kejadian di cerita itu sebenarnya melambangkan ide atau pesan yang lebih dalam, bisa soal moral, politik, atau hal-hal penting lainnya. 

Jadi, kite ndak hanye menikmati ceritanya, tapi juga diajak mikir lebih jauh tentang maknanya. 

Contoh gampangnya, cerita fabel tentang hewan yang bisa jadi alegori tentang sifat-sifat manusia.

Kawan kite Mirwan biase menulis cerita fiktif yang isinya sebetulnya mengkritik fenomena sosial politik ala kelakar warung kopi khas Belitong di INSTITUT KEDAI KOPI. 
Ceritanya lebih dekat ke model tulisan Alegori.


****

Anekdot itu cerita singkat, biasanya menarik atau lucu. Tujuannya lebih santai: buat menghibur, menggambarkan sifat seseorang, atau sekadar bikin obrolan jadi lebih seru. 

Anekdot ini biasanya kejadian nyata atau cerita tentang orang terkenal. 

Intinya, lebih ke cerita ringan yang bikin kita ketawa atau dapat pelajaran kecil.


Jadi, bedanya jelas ya? Alegori itu lebih "berat" karena punya makna simbolis yang mendalam, sedangkan anekdot lebih "ringan" dan fokus pada cerita yang menarik dalam waktu singkat.


Semoga makin membingungkan.... haha... agar muncul pertanyaan untuk diskusi.

Sabtu, 17 Mei 2025

"Catatan Digital" Raqib Atid


Catatan Digital" Raqib Atid

Malaikat Raqib dan Atid, dalam kepercayaan Islam, adalah dua entitas spiritual yang memiliki tugas mulia: mencatat setiap detail perbuatan manusia, tanpa terkecuali. Raqib, yang ditempatkan di pundak kanan, bertindak sebagai perekam setia amal kebajikan. Sementara itu, Atid, yang bersemayam di pundak kiri, dengan cermat mendokumentasikan setiap perbuatan buruk yang dilakukan. Keberadaan kedua malaikat ini menjadi fondasi keyakinan bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, akan memiliki konsekuensi dan pertanggungjawaban di kehidupan setelah kematian.

Malaikat Raqib: Sang Arsiparis Kebajikan

Malaikat Raqib menjalankan fungsi sebagai pencatat amal saleh dan perbuatan terpuji yang dilakukan oleh seorang individu. Posisi di pundak kanan secara simbolis merepresentasikan kemuliaan dan kebaikan yang dicatatnya. Setiap niat baik yang diwujudkan dalam tindakan, setiap ibadah yang tulus, dan setiap perbuatan bermanfaat bagi sesama, semuanya terarsipkan dengan sempurna oleh Raqib.

Malaikat Atid: Penulis Jejak Kejahatan

Di sisi lain, Malaikat Atid mengemban tanggung jawab untuk merekam setiap amal buruk, kesalahan, dan pelanggaran yang diperbuat oleh manusia. Penempatannya di pundak kiri seringkali diinterpretasikan sebagai representasi dari perbuatan yang kurang baik. Setiap ucapan kasar, tindakan merugikan, dan niat jahat tercatat dengan akurat oleh Atid.

Sinergi Peran: Lebih dari Sekadar Pencatat

Peran Raqib dan Atid melampaui sekadar fungsi pencatatan. Keberadaan mereka secara psikologis dan spiritual berfungsi sebagai pengingat konstan bagi manusia. Kesadaran bahwa setiap perbuatan diawasi dan dicatat mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata. Mereka menjadi saksi bisu atas segala pilihan yang diambil manusia dalam kehidupannya.

Kepercayaan yang Mengakar: Akuntabilitas Mutlak

Umat Islam memiliki keyakinan yang mendalam bahwa tidak ada satu pun perbuatan atau perkataan yang luput dari catatan Malaikat Raqib dan Atid. Sistem "catatan digital" ilahi ini diyakini sangat akurat dan komprehensif, mencakup baik perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi dalam niat. Kepercayaan ini menanamkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap setiap tindakan yang dilakukan.

Hikmah Keberadaan: Panduan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik

Keberadaan Malaikat Raqib dan Atid mengandung pelajaran yang sangat berharga. Mereka menjadi motivasi intrinsik bagi manusia untuk senantiasa berorientasi pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Kesadaran akan catatan amal ini mendorong introspeksi diri, perbaikan akhlak, dan kehati-hatian dalam setiap langkah kehidupan. Dengan memahami peran mereka, manusia diharapkan dapat menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab, menyadari bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Sang Pencipta.

neojeff